Friday, February 26, 2010 0 comments

Bahaya Dunia


Rasulullah Saw. pernah bersabda bahawa pada hari kiamat nanti akan ada sebahagian orang yang akan dibangkitkan dengan amalan soleh yang banyaknya seumpama gunung-gunung di jazirah Arab, namun mereka akan tetap dicampakkan ke dalam neraka Jahanam. Maka bertanyalah seseorang kepada Rasulullah…“Ya Rasulullah, apakah mereka ini orang-orang yang mengerjakan solat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, mereka mengerjakan solat, berpuasa, bahkan menunaikan tahajjud, tetapi apabila salah satu bentuk dunia (seperti wang atau kemuliaan dunia) datang ke hadapan mereka, maka mereka terjun untuk mengambilnya (tanpa memperdulikan halal atau haramnya).”

Nabi Isa a.s. pernah berkata bahwa cinta kepada dunia dan cinta kepada akhirat tidak akan mampu bersatu dalam satu hati, ibarat air dan api tidak dapat bersatu dalam wadah yang sama. Sama-sama kita hayati pesan Rasulullah Saw.. ‘Siapa yang tamak pada dunia dan menaruh angan-angan panjang terhadapnya, maka sejauh itulah Allah swt. akan membutakan hatinya. Dan siapa yang tidak berminat pada dunia, dan meringkaskan cita-citanya dari dunia maka Allah swt. akan mengurniakan ilmu tanpa ia mempelajarinya, dan memperlihatkan jalan tanpa mendapat bimbingan dari penunjuk jalan…’
Kerana dunia..manusia akan jadi buta mata, akal, dan hatinya..

Abu Darda r.a. meriwayatkan sabda Rasulullah saw., “Jika kamu dapat mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis dan dunia akan menjadi hina dalam padanganmu dan kamu akan mengutamakan akhirat.” Kemudian Abu Darda r.a. berkata, “Jika sekiranya kamu dapat mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan lari ke hutan sambil menangis menjerit-jerit dan meninggalkan harta benda kamu tanpa dijaga. Tetapi dari hatimu, ingatan kepada akhirat sudah hilang dan angan-angan dunia berada di hadapanmu dan dunia menjadi pengawal amalanmu. Keadaanmu seolah-olah tidak tahu apa-apa. Oleh kerana itu, sebahagian orang di kalanganmu sudah menjadi lebih parah daripada haiwan yang tidak pernah meninggalkan hawa nafsunya dan tidak takut akan akibat buruknya.

Beliau menyambung:..Apakah yang terjadi pada kalian sehingga kalian tidak saling menyayangi satu sama lain, tidak saling menasihati antara yang satu dengan yang lain? Padahal kalian merupakan saudara seagama. Hanya hawa nafsumu menghalangimu supaya tidak dapat bersatu padu. Jika kalian berkumpul untuk tujuan agama dan keperluan agama, nescaya ikatan di antara kalian akan menjadi lebih kuat. Apakah sudah berlaku pada kalian, iaitu pada urusan-urusan dunia kalian saling menasihati, tetapi dalam urusan agama kalian tidak saling menasihati... Kalian tidak berusaha untuk menasihati orang-orang yang kalian sayangi agar mementingkan amalan akhirat, tidak berusaha menasihati mereka untuk kerja-kerja akhirat. ..Ini hanya disebabkan kurangnya iman dalam hati kalian. Jika kalian memiliki keyakinan kepada kebaikan dan keburukan akhirat seperti kamu yakin kepada kebaikan dan keburukan dunia, maka sudah pasti kamu akan lebih mengutamakan akhirat. Amalan akhiratlah yang lebih diutamakan oleh kalian. Jika sekiranya kalian memberikan alasan dengan mengatakan bahwa keperluan-keperluan dunia adalah mendesak dan segera dan tidak boleh ditangguhkan, sedangkan keperluan akhirat masih jauh, maka hendaklah kalian berpikir dengan mendalam, berapa banyak kerja-kerja dunia yang kalian lakukan walaupun hasilnya tidak segera. ..

..Dalam urusan dunia kalian mempunyai pendapat yang cukup baik dan mengamalkannya dengan teliti. Apakah sudah berlaku suatu pandangan bahawa dengan sedikit manfaat dunia kamu menjadi gembira dan sedikit saja kerugian dunia membuat kalian merasa sangat sedih sehingga kesannya tampak di wajah kalian dan dengan lidah kalian sendiri mengatakan bahawa musibah telah menimpa. Kerugian dunia sedikit saja sudah kamu sifatkan dengan musibah. Tetapi dari sudut agama, kerugian yang besar pun tidak membuat kalian sedih atau risau sehingga tidak ada sedikitpun perubahan dalam raut wajah kalian. Dengan melihat kerosakan kalian dari segi agama ini saya rasa Allah Swt. telah murka kepada kalian. Kalian berjumpa satu sama lain dalam keadaan gembira, sambil setiap orang berhati-hati agar tidak mengucapkan sesuatu yang benar tetapi pahit di hadapan orang yang tidak menyukainya. Ini kerana dia takut nanti orang lainpun akan mengatakan sesuatu yang benar tetapi pahit di hadapannya kerana tidak disukainya. Jadi sambil menyimpan perkara yang demikian di dalam hati, kalian bergaul satu sama lain. Dalam hatimu sudah rosak, tetapi zhahirnya ceria.

Saudara-saudaraku yang dikasihi..sama-samalah kita melihat dalam diri sendiri…nasihat ini untuk diriku dan juga untuk dirimu..Betapa ramai di antara kita melupakan akhirat kerana disibukkan dengan urusan dunia..demi mencari rezeki..demi mengejar cita-cita..demi sebuah amanah pada bangsa dan negara..hingga kita terlupa pada kehidupan yang tiada akhirnya..Hidup itu janji Allah buat kita..di alam sana yang tiada hujungnya..Moga dunia yang fana ini mampu kita jadikan kebun bagi kita nikmati hasilnya di akhirat yang abadi…Bekerjalah untuk dunia, namun niatkanlah ia untuk membela agama yang suci..Carilah rezeki di muka bumi..namun niatkanlah ia untuk mereka yang kesusahan dan kesukaran datangnya tiada henti..Carilah ilmu bagi membangunkan diri..namun niatkanlah ia untuk disampaikan pada mereka yang belum mengerti..Moga dengan itu ..setiap langkah yang kita lalui mendapat keberkatan dari Ilahi…

Sama-samalah kita nasihat menasihati untuk kebaikan..walaupun ianya mungkin pahit untuk didengari..moga nantinya ubat yang pahit itu nantinya akan menjadi penawar paling berkesan untuk hati..Wallahua’lam..
0 comments

Berbahagialah orang-orang yang 'aneh'

Islam itu datangnya dalam keadaan yang aneh...sebagaimana begitu datangnya..begitu juga akhirnya..Bila tiba hampir tiba saat penghujung masa...berputarlah kembali sejarah sebagaimana awalnya..datangnya aneh...hampir perginya juga aneh..Berbahagialah mereka yang dianggap 'aneh' di awal datangnya cahaya Islam...dan berbahagia jugalah mereka yang aneh di saat hampir berakhirnya alam..

Sungguh aneh insan yang 'aneh' itu...di saat manusia memilih untuk ketawa dan bergembira...menikmati hidup selagi nyawa dikandung badannya..Insan yang 'aneh' gundah dan gelana..hati sayu mengenang dosa..Apakah mampu diselamatkan dirinya..atau perlu menunggu azab Yang Esa..Aneh..sungguh anehnya...

Diberi pilihan antara dua..antara yang tampak jelas di hadapan mata..dengan yang tersembunyi dari zahir namun diakui oleh jiwa...umum manusia memilih yang pertama...Dunia itu kan jelas terpampang di mata dan di hadapan tersedia untuk jamuannya..Siapakan tidak tergoda..wanita, cahaya mata, harta, pangkat dan isi dunia seluruhnya..bukankah semuanya 'zinatul hayati waddunia'...perhiasan hidup dan juga dunia.. Aneh mereka yang tidak terpikat dengannya..

Insan yang 'aneh' memang 'aneh' sikapnya...memilih yang kedua dari yang pertama..dipandang yang pertama sebelah mata..yang kedua juga yang menjadi buruannya...Anehnya insan yang 'aneh'...memilih untuk berbahagia di alam yang tiada siapa pernah melihatnya...Alam itu juga sungguh aneh sifatnya...dikhabarkan manusia muda tidakkan tua selamanya..manusia hidup tiada akan pernah matinya..Hidup yang tiada akhirnya...Sungguh tidak mampu minda menafsirkannya..apatah lagi dikhayalkan keadaannya..

Ibarat dua isteri yang sangat cemburu sifatnya...dunia dan akhirat tidak mampu bersama dalam wadah hati seorang hamba..Jika dipilihnya dunia..pergilah akhirat membawa dirinya...Jika akhirat yang dipilihnya..dunia memandang penuh hampa...betapa keduanya takkan mampu bersama dalam satu cinta..Dicarinya insan yang 'aneh' dunia hanya untuk akhiratnya...Jika dijanjikan padanya cinta seorang wanita..dicintainya hanya kerana Tuhannya..dan demi mencari syurgaNya...Bukankah wanita solehah itu perhiasan dunia yang terbaik buatnya...Syukur kepada Tuhan jika itu kurniaanNya..walau tidak dikurniakan emas berjuta..Zuriat yang dikurnia diterima bukan untuk berbangga tetapi dengan keyakinan bahawa ia amanah untuknya..Dididik mereka sepenuh daya..agar menjadi manusia berguna..Moga perginya diiring doa anak yang soleh sifatnya..menjadi bekalan di alam sana..saat bersendirian tiada siapa menemaninya..tiada teman..tiada saudara..hanya amal dan takwa mampu mengiringinya...Begitu berbeza pemikiran manusia yang 'aneh'...melihat dunia sebelah mata...akhirat jua yang hatinya mendamba...

Anehkah manusia yang 'aneh'..atau kitakah yang sebenarnya aneh? Mencari dunia yang kita pasti ada akhirnya....mencari harta yang pasti akan berkurangan nilainya..mencari cinta yang pasti suatu hari sama ada akan ditinggalkan atau meninggalkan kita selamanya...mencari pangkat yang kita tahu ada masa kejatuhannya...mencari pujian yang pasti ada surutnya..mencari segalanya...yang pastinya akan ada tarikh luputnya...

Kitakah yang sebenarnya 'aneh'..memilih untuk ketawa sedangkan jiwa menangisi nasibnya...aduhai jasad dan minda..andai jiwa dapat berkata-kata...pasti dikhabarkan janjinya suatu ketika pada Tuhan Yang Satu...saat ditanya sebelum diwujudkan jasad dan bermula hidupmu..'Adakah Aku Tuhanmu?'...'Benar' jawab jiwamu...'aku bersaksi Engkaulah Tuhanku'..Apakah kau sudah lupa janjimu? Keluh jiwa tiada suara..hanya jika kau tahu...

Anehnya kita melupakan lafaz janji dan setia...yang diulang baca setiap kali solatnya..yang dilafaz yakin pada syahadahnya..yang tidak lupa diucap dengan yakinnya...Anehnya kita kerana mampu terlupa..

Anehkan manusia yang 'aneh' itu atau kita yang 'aneh' sebenarnya? Terkeliru antara fantasi dan realiti..antara yang palsu dengan yang hakiki..Ternyata kitalah yang aneh kerana memandang aneh kepada orang-orang 'aneh...' yang ternyata bukan 'aneh' di sisi Tuhan...Aneh bukan?

Berbahagialah mereka yang 'aneh'...dan beruntunglah mereka yang berusaha untuk menjadi 'aneh'..Moga kita juga mampu menjadi 'aneh' di kalangan mereka yang sememangnya aneh...Ameen Ya Rabbal 'Alamin..

Yang baik datangnya dari Allah...yang buruk datangnya dari hamba yang fakir di sisi Tuhannya...
0 comments

Bukan cinta biasa…

Teringat mendayu lontaran suara seorang perindu…meluah cinta pada yang merasa…"Cintanya bukan di atas kertas" katanya…"Ia getaran yang sama"…Terpukau mata dan terpikat hati mereka yang mendengarnya..pada keindahan rupa, suara dan bait kata..Memang ia bukan cinta biasa kata mereka…

Bandingkan pula dengan ayat-ayat cinta…lontaran rasa Rabiatul ‘Adawiyyah pada Penciptanya…

“Kekasihku tiada menyamai kekasih lain biar bagaimanapun,
Tiada selain Dia di dalam hatiku mempunyai tempat manapun,
Kekasihku ghaib daripada penglihatanku dan peribadiku sekalipun,
Akan tetapi Dia tidak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedetik pun.”

Kasih dan cinta bagi sang hamba… tiada zahir dan tiada rupa, tiada gambaran dan tiada suara…Tidak mampu tertulis pada warkah untuk dibaca atau didendangkan bagi halwa telinga mereka yang mendengarnya….Ia getaran rasa seorang hamba pada Yang Mencipta..Rasa dan getarnya hanya yang merasa mampu mengetahuinya..dan hanya Yang Dicinta mampu memahaminya…Itulah cinta yang luar biasanya cinta..itulah cinta yang bukan cinta biasa…

Yang biasa pada yang bercinta…bila bercinta ingin bersatu selamanya…Yang luar biasa pada cinta..bila cinta tidakkan bersama dalam zahirnya..tapi batinnya bersatu selamanya…Luar biasa sifatnya cinta..bila yang dicinta bukan kerana rupa, harta mahupun keturunannya…Bukan biasa sifatnya cinta…jika cinta bukan kerana selainnya Dia..Mencintainya kerana Dia adalah Dia…dan mencintainya kerana itulah sebenarnya cinta…

Lontaran rasa sang pencinta pada Yang Dicinta…saat manusia diulit mimpi di dua pertiga malamnya…Airmata basah mencucuri pipinya.. Kering titisan pada sejadahnya…Tulus suara mengucapkan cinta..Luhur hati memohon ampun dariNya..Hanya Dia yang Maha Melihatnya…dan hanya Dia yang Maha Mendengarnya…

Cinta itu bukan cinta biasa…tetapi itulah sebenarnya cinta..Cinta yang tiada nilai harganya..Tidak berkurangnya dengan dugaanNya..Tidak bertambah dengan nikmatNya.. Segala anugerah sama sahaja baginya…Asalkan ia pemberian Yang Esa…Sememangnya ia sebenarnya cinta…ia bukan cinta yang biasa…

Tuhanku..kurniakan aku cinta..jika ia mampu memberikanku sayap hingga ke syurga…
Tuhan…leraikan aku dari getar rasa dan cinta…jika ia menjauhkan aku dariMu Tuhan yang Maha Mencipta..
Tuhan..anugerahkan aku cintaMu…dan cinta mereka yang mencintaiMu…jika di situlah letaknya redhaMu…dan jika disitulah kunci cintaMu..wahai Tuhanku pemilik hatiku Yang Satu…
Tuhan..kurniakan padaku cinta yang cintanya bukan cinta biasa…dan limpahkan bagiku cinta…sebagaimana luar biasanya cinta mereka yang mencintaiMu…
Izinkan aku siang malam bermadu kasih denganMu…Dengan lafaz, ikrar dan gerak anggota berpadu..
Moga dalam hatiku cintaMu dan cintaku menjadi satu..hingga tiba hujungnya waktu… dipertemukan aku denganMu yang kurindu…
Di penghujung rindu..moga cinta ini akan bersatu….Ameen ya Rabbal ‘Alamin..
0 comments

Cari dalam dirimu..

Waktu kecil, mungkin kita pernah didodoikan dengan Kisah Abu Nawas yang penuh jenaka tetapi terselindung seribu makna buat mereka yang mahu memahaminya..
Dalam satu cerita, Abu Nawas dikatakan mencari cincinnya yang hilang…dicarinya di hadapan rumahnya..di belakang ..di kiri…di kanan…malah sekeliling rumahnya…namun apa yang dicarinya tidak dijumpainya…

Jiran-jiran yang memandang simpati dengan keadaan Abu Nawas…Tidak kurang yang menawarkan bantuan..Maka bermulalah pencarian secara beramai-ramai mencari cincin Abu Nawas yang didakwanya kehilangan…Ada yang mencari di depan rumah…ada yang mencarinya di belakang..ada yang mencarinya di kiri …ada yang mencarinya di kanan…Di cari juga sekeliling rumahnya berulang kali namun cincin yang dicari tidak juga diketemui…

Puas mencari..bertanyalah jiran-jiran kepada Abu Nawas…’Cubalah fikirkan di mana kau hilangkan cincinmu?’…Jawab Abu Nawas dengan selamba…’Aku hilangkan cincin dalam rumahku’…Tanya jiran-jirannya…’Kalau sudah tahu hilangnya di dalam rumah..kenapa mencari di luar rumahmu?’..Jawab Abu Nawas lagi.. ‘Bukanlah begitu tabiatnya manusia..apa yang dicari ada jawapannya dalam diri..namun kita asyik melihat pada yang jauh..luar dari diri sendiri..’ Ada yang tertawa dengan jawapannya…tidak kurang yang mengatakannya gila..Namun dalam jenaka ada hikmahnya..jika kita mahu memahaminya…

Berdepan masalah…kita sering mencari jawapan di luar diri sendiri…Ada yang mendapatkan nasihat mereka yang dirasakan mampu memahami…Jika diluahkan namun tiada siapa yang mengerti…menjeritlah suara hati…keluh kesah seorang diri kerana tiada siapa mampu memahami derita di hati…Jika ada yang memahami…alhamdulillah syukur pada Ilahi…hilang seketika beban yang ditanggung hati …Namun kadang2 penyelesaian yang diberi sementara sifatnya…Ketenangan yang dicapai bukanlah hakiki.. Ternyata itu bukan jawapan yang dicari…

Tidak kurang ramai yang lari dari berdepan masalah diri..Ke gunung, ke pantai, ke laut, ke hutan…masing-masing jauh-jauh membawa diri… Tempat sunyi..tempat bingit..ke mana sahaja adanya ketenangan atau jeritan batin tidak akan kedengaran..itulah tempat melayan resah hati dan perasaan.. Jauh meninggalkan…jeritan hati kembali kedengaran…ternyata di situ juga bukan jawapannya..

Carilah dalam dirimu…itu pesan Abu Nawas… mungkin itu juga penyelesaian sebaiknya…‘Matikan’ seketika suara yang selain suara hatimu dan bisikan Tuhanmu…kerana di situ mungkin diletakkan jawapan pada persoalanmu…Tutupkan jua seketika pandangan matamu…mungkin dengan itu akan terbuka mata hatimu…Lebarkan langkahmu menuju hatimu..Moga sempit jarakmu dengan Pemilikmu…

Saranan ini buatku…dan juga buatmu…Jauh-jauh menyelusuri daerah dan negeri..menyeberangi lautan dan jambatan...Rupanya jawapannya ada pada diri…Marilah mulakan langkah yang paling jauh untuk ditelusuri..tetapi paling dekat untuk dimulai…Moga perjalanan dibimbing Ilahi…dan situ letaknya redhanya Rabbi…ameen…
0 comments

Dunia untuk akhiratmu...

Imam Syafi’i rah.a pernah menasihati salah seorang saudara seagama… “Dunia merupakan lumpur sehingga kaki-kaki mudah tergelincir.’ Dunia hanyalah satu rumah kehinaan,yang puncak kemajuannya adalah kebinasaan…sebagaimana hebatnya tamadun-tamadun dunia, yang semuanya menemui kebinasaan...Dalam kehidupan di dunia, kita dikelilingi handai dan taulan..namun perjalanan akhir ke alam kubur yang dijanjikan Tuhan,,manusia perlu melakukannya sendirian..Itulah hakikat sebuah kehidupan..dan erti sebuah kematian..Tiada teman..tiada lagi saudara..tiada senda..tiada lagi ketawa..

Maka kerana itu, pesan Imam Syafi’i ‘Tumpukanlah hatimu selalu kepada Allah dan berpuas hatilah dengan rezeki yang diberikan-Nya. Jangan meminjam apa-apa dari simpananmu di akhirat demi dunia. Sebab kehidupan di dunia ibarat satu bayang-bayang yang tidak lama lagi akan lenyap. Dan kehidupan dunia itu ibarat satu dinding yang sudah goyah yang tidak lama lagi akan runtuh. Perbanyaklah amal soleh dan kurangkan angan-angan.”

Jika ingin tahu hakikat kehidupan..tanyalah kepada mereka yang hampir menemui sebuah kematian..itu pesan para ilmuwan.. Di suatu ketika, Muawiyah r.a. didatangi oleh seorang wara’ dari kota Najran yang berusia 200 tahun. Ketika Muawiyah bertanya kepadanya mengenai keadaan dunia mengikut pengalamannya, beliau menjawab, “Beberapa tahun kesenangan setelah itu beberapa tahun kesusahan. Setiap siang dan malam ada yang lahir dan ada yang mati. Sekiranya tidak ada kelahiran maka dunia akan berakhir. Jika tidak ada kematian maka tidak cukup lagi ruang untuk duduk di dunia ini.” Muawiyah r.a. berkata, “Adakah sesuatu yang engkau kehendaki dari saya? Orang wara’ itu berkata, “Kembalikanlah umur saya yang sudah berlalu.” Muawiyah berkata, “Untuk itu saya tidak mampu untuk melakukannya.” Orang wara’ itu berkata, “Kalau begitu saya tidak mempunyai permintaan apa-apa dari anda.”

Hakikatnya kehidupan dunia tiada yang bermakna jika tidak diisi dengan amal dan takwa.. Yang berharga dari kehidupan dunia ialah ruang waktu yang dengannya dapat kita mengumpulkan bekalan untuk alam yang tiada pengakhiran..‘Apa yang kamu sukai di dunia’, pesan Ibrahim bin Adham, ‘hanyalah seolah-olah kamu menyukai sesuatu dalam mimpi saja’…sebagaimana harta, pangkat dan kelebihan yang dikurniakan Allah kepada manusia yang bukannya milik kita selamanya..dan sekelip mata dapat dikembalikan kepada Tuhan yang menganugerahkannya..

Wadah iman adalah sekeping hati yang dengannya Allah bezakan darjat dan kedudukan seorang hamba..Sesungguhnya Allah bukan melihat pada paras rupa mahupun darjat dan keturunan..tetapi pada sekeping hati yang dengannya mencorak keimanan, keyakinan dan kelakuan..Dengan hati dan akal manusia membuat pilihan yang nantinya akan menentukan kehidupan di hari pembalasan..

Pesan Malik bin Dinar…“Sebanyak mana kamu memikirkan dunia, sebanyak itulah fikiran tentang akhirat akan keluar dari hatimu. Dan sebanyak mana kamu memikirkan akhirat, sebanyak itulah fikiran tentang dunia akan berkurangan.” Hakikatnya..dunia dan akhirat tidak akan mampu bersatu dalam sekeping hati seorang manusia kerana kedua-duanya mempunyai sifat yang berbeza.. Hati yang dimiliki akhirat, pesan Abu Sulaiman Darani r.a., akan sentiasa diserang diserang oleh dunia yang sentiasa berusaha untuk mendapatkan ruang di hati manusia…namun hati yang diduduki oleh dunia tidak akan diserang oleh akhirat yang mulia sifatnya..Kerana hinanya dunia, seringkali kedudukan akhirat di hati manusia cuba dirampasnya..namun kerana mulianya akhirat..pastinya ia akan mengundurkan dirinya tatkala kedudukannya digugat dunia yang hina..

Manusia dikurniakan akal..yang dengannya mampu kita membuat pilihan..Yang dikira manusia berakal di sisi Tuhan bukanlah manusia yang mempunyai ijazah dan kelayakan yang di sanjung manusia..tetapi manusia yang mengerti akan hakikat kehidupan dan kematian. Yahya bin Muadz rah.a. berkata… “Tiga jenis manusia yang cerdik adalah, (1) Yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya, (2) Yang membuat persiapan untuk memasuki kubur sebelum tiba masanya memasuki kubur, (3) Yang menghasilkan keredhaan Allah sebelum berjumpa dengan-Nya.

Moga kita dapat menjadi insan yang diiktiraf itu..yang membuat persiapan sebelum perjalanan yang tiada titik pengakhiran waktu..yang memikirkan kesudahan sebelum tiba garis penamatan yang pasti akan berlaku...yang mencari sebuah cinta dan keredhaan Tuhan Yang Satu..yang cinta dan redhaNya tiada batas ruang dan waktu..Ameen Ya Rabbal ‘Alamin..
0 comments

HARGA SEBUAH KEAMPUNAN DAN KEMAAFAN...

Pepatah Melayu menyatakan, bumi mana tidak ditimpa hujan, lautan mana tidak bergelora. Perumpamaan yang menyatakan persoalan, pasti semua orang ada jawapannya. Begitulah juga kehidupan manusia, pasti tidak dapat lari dari terpalit dan dipalit dosa, yang membezakan hanyalah besar atau kecilnya sahaja..walau hakikatnya dosa tetap dosa..

Abul-Laits Assamarqandi berkata, dosa ada dua jenis iaitu antara kamu terhadap Allah dan dosa kamu sesama manusia. Dosa antara kamu dengan Allah insyaAllah akan terlepas dengan tiga syarat taubat, iaitu menyesal dalam hati; niat tidak mengulangi kesalahan dan membaca istighfar dengan lidah. Tanda taubat diterima Allah, kata orang hikmah, ada empat tandanya iaitu:
1. Putus hubungan dengan kawan yang tidak baik (jahat) dan bersahabat dengan orang salih;
2. Menghentikan maksiat sebaliknya rajin melakukan perintah Allah;
3. Hilang rasa kesenangan dunia di hatinya, lalu selalu ingat kesusahan di akhirat;
4. Percaya jaminan Allah dalam soal rezeki, lalu sibuk mengerjakan perintah Allah.

Namun jika kita berdosa sesama manusia, selagi mereka tidak memaafkan atau menghalalkannya, maka tidak berguna taubat bagi kita. Seringkali kita mendengar ucapan maaf cukuplah dengan kalimah “Maafkan saya” yang sering diucapkan di kala lebaran menjelma. Ucapan ‘Maaf Zahir Batin’ yang sering diucapkan seolah-olah sudah cukup untuk menghapuskan segala dosa, sedang hakikatnya permohonan kemaafan perlu dijelaskan sebab musababnya. Begitulah hakikatnya dalam Islam. Kedua-dua pihak iaitu yang memohon kemaafan dan yang dipohon kemaafannya perlu dijelaskan hakikat sebenarnya sebuah kesilapan dan kekhilafan..agar nantinya akan timbul kerendahan dan keikhlasan hati dalam memohon kemaafan dan memberikan keampunan.

Ibnu Masud berkata:- "Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosanya seperti sebuah bukit yang dibimbangi akan menimpanya. Manakala, seorang yang selalu melakukan dosa akan memandang dosa itu seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya". Pandanglah dosa sesama manusia sebesar bukit yang akan menimpa, maka nantinya kita tidak akan memandang remeh pada dosa sesama manusia dan menyanjung tinggi harga kemaafan dari manusia, yang tanpanya mungkin kita jauh dari redha Yang Esa.

Suatu hari Anas bin Malik r.a serta ramai para sahabat yang lain duduk di sisi Rasulullah, tiba-tiba mereka melihat Rasulullah tersenyum.Anas merasa hairan apabila Rasulullah s.a.w tiba-tiba tersenyum gembira sehingga kelihatan gigi, lalu Anas bertanya : "Apakah yang menyebabkan Rasulullah tersenyum gembira?" "Yang menyebabkan aku tersenyum kerana ada dua orang di kalangan umatku di akhirat,keduanya merangkak di hadapan Allah SWT kerana minta diselesaikan kes yang melibatkan antara keduanya. Seorang darinya merayu kepada Allah SWT: Wahai Tuhan, tolong balaslah terhadap orang ini,sesungguhnya dia sangat zalim dan telah menzalimi aku semasa di dunia dahulu,dengan berbagai perbuatan zalim.

Lalu Allah SWT memerintahkan orang yang zalim itu membayar gantirugi,sebagai jalan penyelesaian untuk kes mereka berdua.Tetapi orang yang zalim itu tidak dapat berbuat demikian,kerana tiada suatu pun yang boleh untuk membayar kepada orang yang menuntut itu. Orang yang berbuat zalim itu berkata: Dengan apakah aku hendak membayarnya,sedangkan tiada suatu pun kebaikan yang tinggal padaku,kesemuanya telah habis dituntut oleh orang lain.

Ketika itu orang yang kena zalim itu minta agar orang yang zalim itu mengambil kejahatan dan dosa yang ada pada dirinya. Pada ketika itu Rasulullah menitiskan air mata. Ketika ditanya, Rasulullah menjelaskan yang lelaki yang melakukan kezaliman itu ingin membayar tuntutan tersebut, tetapi tidak terdaya kerana sudah tidak ada apa-apa yang tinggal untuk dirinya. Lalu Rasulullah pun bersabda : "Sesungguhnya itulah suatu hari yang sangat dahsyat,sehingga sampai ke suatu peringkat manusia mencari orang lain untuk memikul dosanya."

Ketika seorang dari dua orang yang berbalah di Mahsyar menuntut agar dosa mereka dipikul oleh orang yang menzaliminya,maka ketika itu Allah SWT memperlihatkan sebuah mahligai tersergam indah di dalam jannah. "Tidakkah kamu melihat mahligai itu?" Ujar Tuhan kepada manusia yang sedang menuntut keadilan dari Tuhan terhadap taulannya." Ya..saya nampak sebuah mahligai yang diperbuat dari emas dalam sebuah taman dari perak,untuk siapakah itu wahai Tuhan? Mungkinkah untuk nabi-nabi atau syuhada atau mungkin juga untuk golongan siddiqin?" ujar orang itu.

"Mahligai itu untuk siapa saja asalkan mereka sanggup membayar harganya."Jelas Tuhan. "Jika demikian adalah mustahil saya dapat memilikinya kerana saya tidak punya apa-apa di sini untuk membayar harga mahligai emas itu."ujar manusia itu. " Justeru kamu masih berpeluang memilikinya,kerana kamu masih memiliki barang bernilai yang dapat membayar harga mahligai itu." "Bagaimana caranya?" tanya orang itu kepada Tuhan penuh kehairanan. "Iaitu sekiranya kamu sedia memafkan rakan kamu dan tidak menuntutnya agar dia memikul dosamu."Tuhan menjelaskannya. Dengan melompat kegembiraan orang itu berkata: "Wahai Tuhanku, kalau begitu aku segera memaafkan dia,terhadap apa-apa jua kezaliman yang telah dilakukan terhadap saya."ujar manusia itu dengan perasaan penuh gembira yang tidak terhingga.

Lalu Allah SWT memerintahkan malaikat agar membawa orang itu ke dalam mahligai yang terbina di sebuah jannah yang terbina dari perak, kemudian Tuhan mengizinkan orang itu membawa bersama taulannya memasuki syurga itu.
-------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah sebuah kisah yang diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada Anas bin Malik suatu peristiwa di akhirat melibatkan dua orang umatnya yang berusaha untuk menyelamatkan diri di hari tiada pertolongan kecuali pertolongan Allah SWT.Suatu kemaafan dapat menyelamatkan dirinya juga rakannya dari sengsara Mahsyar.

Sahabat-sahabat dan saudaraku..begitu mahal nilai sebuah pengampunan..Sebelum bertemu di mahkamah pengadilan Tuhan, sama-samalah kita menghitung kesalahan diri sesama insan. Jika ada yang belum diselesaikan, berusahalah memohon kemaafan walau berkali ucapan maaf perlu diucapkan. Moga dengannya kita akan mendapat keredhaan Tuhan..dan moga nantinya hidup di dunia dikurnia keberkatan..dan hidup di akhirat dianugerah kebahagiaan dan kesenangan..

Buat semua yang mengenaliku..andai ada kesalahan diriku yang masih belum tertuntut pengadilan dan kemaafan darimu..kupohon tuntutan darimu ke atas diriku, sebelum kita bertemu di mahkamah Tuhan Yang Satu..yang pada saat dan ketika itu tidak ku tahu sama ada termampu bagiku menunaikan hakmu..atau terjamin bagiku kemaafan dan keampunan darimu..Moga Allah mudahkan bagimu dan bagiku..Andai ada kesilapanmu padaku..semuanya telah tersedia ku maafkan dan halalkan bagimu..Moga Redha Allah akan menjadi milikmu dan milikku..ameen..
0 comments

Hatiku bukan milikku…dan hatimu bukan milikmu..

Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya ra., berkata, “Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.’ Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa engkau sering berdoa seperti itu? Apakah engkau merasa takut?’ Baginda menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika Dia mahu membalikkan hati hamba-Nya, Allah mampu membalikkannya begitu saja.’”

Ternyata hati yang menentukan buruk baiknya iman dan amalan bukannya milik kita…ia bukan milikku..jua bukan milikmu..Pesan Ulama..selama mana yang memberikan hidayah atau petunjuk adalah Allah, sepanjang mana sikap istiqamah itu bergantung pada kehendak Allah, sepanjang akibat segala sesuatu tiada yang mengetahuinya melainkan Allah..dan selama mana keinginan dan kehendak Allah adalah segalanya, maka janganlah dikagumi iman, solat, puasa, atau amalan kita yang lainnya..kerana segalanya hanya mungkin bukan kerana usaha kita sebagai manusia semata..tetapi kerana izin Allah yang mengawal hati-hati manusia…

Justeru..mampukah kita hari ini berbangga…sedang semalam telah berlalu meninggalkan kita..dan esok atau lusa dalam genggaman Yang Esa....Jika Rasul kekasihNya pun merasa gundah dan gelana..apatah lagi selayaknya kita sebagai hamba yang cukup berdosa…

Allah berfirman dalam Surah Al-Anfaal ayat 24 yang bermaksud: “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendindingi (membuat dinding pembatas) antara manusia dan hati.”
Semudah lafaz ‘kun fayakun’ maka terjadilah ia…semudah itulah terhijab hati manusia dengan dirinya…Semudah paginya dikurniakan dengan ketenangan jiwa dan kemanisan iman kepadaNya…semudah itu jugalah petangnya ditarik kembali ketenangannya angkara dosa dan noda… Nauzubillah…

Demi Tuhan yang mengawal hati-hati manusia..Moga dikawal hati-hati kita dari tersasar dari landasanNya, dari merasa bangga berada di jalanNya, ataupun menghina mereka yang belum dijemputNya pulang kepada fitrahnya..

Hatiku bukan milikku..hatimu jua bukan milikmu..Ianya milik Tuhan kita Yang Satu.. Jagalah Allah…Dia pasti menjagamu…Ingatilah Dia..pasti Dia mengingatimu…Yang baik semuanya dariMu Ya Allah..yang buruk dan tidak sempurna dari hamba yang fakir disisiMu… Wallahua’lam bissowab..
0 comments

KEPERCAYAAN KEPADA HOROSKOP

Perkataan horoskop yang berasal dari bahasa Yunani yang bermaksud "melihat jam" bermaksud ramalan berdasarkan kedudukan relatif objek langit seperti matahari, bulan dan planet.. Berdasarkan ilmu astrologi, personaliti dan nasib setiap orang dapat diramalkan melalui kedudukan matahari, bulan dan planet pada waktu dan ketika tertentu. Ramalan sebegini membawa kepada syirik dan hukum mempercayainya ialah haram dan berdosa. Telah diriwayatkan oleh Abdullah ibn Abbas ra bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda :

“Sesiapa yang mengambil sebahagian dari ilmu bintang (nujum) maka sesungguhnya dia telah mengambil sebahagian dari ilmu sihir yang setiap kali bertambah ilmu bintangnya (berkaitan ramalan) maka bertambah pulalah ilmu sihirnya .” (Hadith sahih diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasaie dan Ahmad).
Penyamaan hukum di antara ramalan bintang dengan sihir sudah cukup menggambarkan bahaya kepercayaan kepada ramalan yang boleh membawa kepada kesesatan, sekalipun terdapat kepadanya beberapa berita yang mendekati kebenaran.

Menurut ulasan Yusuf al-Qardawi, solat mereka yang membaca ramalan bintang sama ada di akhbar, majalah atau di internet, walaupun tidak mengadap tukang tilik, tidak akan diterima Allah selama 40 hari berdasarkan hadith Rasulullah S.A.W. yang bermaksud:
"Sesiapa yang mendatangi bomoh, kemudian bertanya kepadanya sesuatu, solatnya tidak akan diterima selama 40 hari." – Riwayat Muslim.

Sama ada tujuannya untuk bersuka-suka atau membenarkannya, hukumnya tetap HARAM di sisi Islam kerana ia boleh membawa kepada kesyirikan bila mana kuasa menentukan kehidupan disandarkan kepada ‘kuasa’ bulan dan bintang dan bukannya kepada Allah yang Maha Mengetahui. Walaupun begitu, jika ia dibaca dengan tujuan untuk membantah, menjelaskan dan mengingkari amalan syirik, maka hukumnya dituntut malah menjadi wajib kerana tujuannya adalah untuk memberikan pengajaran kepada orang lain.

Dalam kitabnya, Imam Bukhari menjelaskan bahawa penciptaan bintang-bintang adalah sebagai perhiasan kepada langit, rejaman kepada syaitan, dan juga penunjuk arah bagi mereka yang dalam perjalanan. Mempelajari ilmu bintang seperti ilmu falaq, ilmu kaji bumi dan astrologi untuk tujuan kebaikan dan keselamatan manusia adalah tidaklah salah. Allah berfirman, yang maksudnya:
"Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui." (Al-An am : 97).

Dengan ini, jelaslah bahawa hukum mempelajari atau mempercayai ilmu astrologi untuk tujuan horoskop dan meramal nasib adalah haram hukumnya dan berdosa, walaupun ia cuma untuk bersuka-suka.
Wajarlah kita sebagai seorang muslim mengelakkan diri daripada pergantungan kepada ramalan dan menjauhkan diri daripada perkara khurafat dan tahyul, seperti kepercayaan kepada kedudukan bintang-bintang yang mampu mencorakkan kehidupan. Hakikatnya, bulan dan bintang hanya bergerak mengikut perjalanan yang ditentukan oleh Allah..tiadalah mampu ia menentukan takdirnya sendiri mahupun lari dari paksinya walau seinci.. Sekiranya bulan dan bintang tidak mampu meramal atau menentukan perjalannya sendiri, apakah mungkin ia menentukan perjalanan hidup seorang insan?Fikirlah sendiri wahai insan yang mempunyai akal dan fikiran..

Bebaskanlah diri dari pergantungan kepada yang sia-sia, mahupun tujuannya hanya untuk bersuka-suka. Setiap amalan ada kesannya pada hati yang akhirnya berbekas pada keimanan dan amalan. Persoalan rezeki, jodoh, ajal, maut, susah dan senangnya kehidupan…segalanya sudah ditentukan Allah…Menghubungkan segala apa yang berlaku kepada diri dengan perjalanan bulan dan bintang jelas bertentangan dengan keimanan kepada Allah dan Qadar (takdir) yang menjadi pembeza antara yang beriman dengan mereka yang tidak berkepercayaan. Gantungkanlah pengharapan kepada Allah..dan berusahalah mengubah takdir dengan jalan doa dan usaha yang diredhai Tuhan. Semoga hidup kita mendapat keberkatan. Wallahua’lam.
0 comments

Menghitung syukur..mengikis kufur...

Daripada 78 ayat Surah al-Rahman yang bermaksud ‘Yang Maha Pemurah’, berulang kali soal al-Rahman kepada hambanya dari kalangan jin dan manusia…
‘Maka nikmat Rab (Tuhan) kamu yang manakah yang kamu berdua (jin dan manusia) dustakan?’

Bukan sekali dua diulang ucapan yang sama…diulang-ulang sehingga hampir separuh surahnya…seakan Tuhan tidak ingin bahawa kita lupa…bahawa Dialah yang mengurniakan segala…Apa lagi yang perlu dikurniakan Dia kepada manusia..agar kita ingat dan bersyukur padaNya…Apa lagi yang perlu dikurniakanNya kepada manusia..agar kita tidak menjadi pendusta pada ikrar dan kata…pada bacaan Surah Al-Fatihah yang dibaca pada setiap rakaat dan waktu solatnya…bahawa ‘Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam’ yang dibaca pada ayat pertama…kerana sifatnya sebagai Al-Rahman, yang Maha Pemurah…yang memberikan kurnia…yang kita baca pada ayat seterusnya…

Jika suami menyoal si isteri…tidak cukupkah lagi apa yang diberikannya?…Tidak perlu menjadi pendeta untuk menafsirkan kata…bahawa dalam luahan rasa si suami ada riak kecewa…Ada pemberian yang belum disyukuri isterinya…ada pengorbanan yang dipandang sebelah mata…Cuma fitrah sebagai lelaki..hanya meluahkan sekadar perlunya..terpulang kita untuk menafsirkannya…

Bagaimana pula dengan ‘keluhan’ Yang Esa? Diulang sebut dalam surah yang sama…dengan ayat dan bahasa yang sama… Tidak cukupkah difahami rahsia di sebalik kata? Sememangnya terlalu banyak nikmatNya yang terlupa kita mensyukurinya…Udara, air, makan dan minumnya…Yang ada belum tentu mampu kita menghitungnya kesyukurannya…Belum lagi ditambah dengan apa yang diminta-minta pada Yang Esa…Cukupkah bersyukur kita pada yang ada…sehingga meminta-minta apa yang tiada…

Matematika kehidupan pimpinan Yang Esa mudah sahaja…andai bersyukur ditambah kurniaNya…yang terbesar berupa iman dan cinta Yang Maha Kuasa….Andai kufur bertambah murkaNya..yang terbesar berupa azab di kubur dan jua akhirat yang tidak terperi siksanya…Terlalu mudah menghafal formulanya…hingga anak kecil mampu mengingatinya…

Namun hakikatnya…hidup bukan sekadar formula…tidak cukup sekadar mengetahui disiplin dan cara…Paling pentingnya…ilmu yang ada perlu dipraktikkan bersama…Wajib suami mengingatkan isteri…wajar isteri menegur suami…anak-anak jangan dilupa..semuanya dibimbing ketua keluarga…agar jangan lupa bersyukur pada Yang Esa…jangan menjadi orang yang kufur sifatnya…Handai taulan tidak dilupa…ditegur sahabat andai ada yang terleka...itu tandanya kita bersaudara…

Wajarlah kita tahu menghitung…wajarlah kita tahu dek untung…Moga dikurnia sifat bersyukur…Moga dijauhi dari kufur..ameen….
0 comments

PERGANTUNGAN KEPADA ALLAH...

Amal boleh dibahagikan kepada dua jenis iaitu amalan zahir yang dinamakan usaha dan ikhtiar, dan amalan hati. Kesan amalan zahir kepada hati berbeza antara seorang dengan seorang yang lain. Hati yang bebas daripada bersandar kepada amal, sama ada amal zahir atau amal batin adalah hati yang mengharap kepada Allah s.w.t dan meletakkan pergantungan kepada-Nya tanpa membawa sebarang amal, zahir atau batin, serta menyerah sepenuhnya kepada Allah s.w.t tanpa sebarang takwil atau tuntutan. Hati yang demikian tidak menjadikan amalnya, zahir dan batin, walau berapa banyak sekalipun, sebagai alat untuk tawar menawar dengan Tuhan bagi mendapatkan sesuatu sama ada di dunia mahupun di akhirat..

Manusia yang kuat bersandar kepada amalan zahir adalah mereka yang mencari faedah keduniaan dengan mengharapkan dengan amalannya itu dia dapat mengecapi kemakmuran hidup di dunia…hingga mereka terlupa bahawa segala ilmu, daya dan usaha, yang manusia yakini berpunca dari kudrat dan iradatnya, semata adalah kurniaan Yang Esa..yang tanpa bantuanNya kita tidak akan mampu membuat apa-apa, sebagaimana pemahaman kalimah 'La Hawla Wala Quwwata illa Billah' yang bermaksud 'Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah'.Hatta usaha, walau sekecil mana, segalanya adalah dengan izin Allah semata, sebagaimana firmannya:“Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!” ( Ayat 96 : Surah as- Saaffaat )

Manusia yang kuat bersandar kepada amalan batin pula adalah mereka yang mencari faedah akhirat, dengan mengaitkan amal kebaikan dengan kemuliaan hidup di akhirat. Mereka memandang amal salih sebagai tiket untuk memasuki syurga dan juga bagi menjauhkan azab api neraka…sedangkan mereka terlupa bahawa tiket utama untuk ke syurga adalah keredhaan Allah Taala, dan bukan hanya amalan yang dilakukan bagi mendapatkan kemuliaan, sama ada di dunia mahupun di akhirat. Dalam kesibukan mengumpulkan amalan, timbul keyakinan bahawa dengan amalan, mereka akan memperolehi keselamatan, hingga terlupa bahawa amalan tersebut adalah kurniaan Allah s.w.t kepadanya, yang tanpa taufik dan hidayat dari Allah s.w.t, belum tentu amal kebaikan dapat dilakukannya, sebagaimana firman Allah s.w.t:
“Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberian-Nya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi masalah kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”. ( Ayat 40 : Surah an-Naml )

Dan tiadalah kamu berkemahuan (melakukan sesuatu perkara) melainkan dengan cara yang dikehendaki Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (mengaturkan sebarang perkara yang dikehendaki-Nya). Ia memasukkan sesiapa yang kehendaki-Nya (menurut aturan yang ditetapkan) ke dalam rahmat-Nya (dengan ditempatkan-Nya di dalam syurga); dan orang-orang yang zalim, Ia menyediakan untuk mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya. ( Ayat 30 & 31 : Surah al-Insaan )

Mereka yang kuat persandaran kepada selain daripada Allah akan lemah dalam menghadapi dugaan dan ujian kerana mereka mereka meyakini bahawa segala-segalanya akan berjalan menurut apa yang dirancangkan dan berpandukan ilmu dan usaha yang dicurahkan. Apabila yang diusahakan gagal mendatangkan hasil, hilanglah tempat persandaran mereka dan jadilah mereka orang yang berputus asa, yang gagal melihat hikmat kebijaksanaan Allah s.w.t mengatur perjalanan takdir dan jauh daripada mendapat rahmat dari-Nya. Na’uzubillah..

Pergantungan kepada Allah s.w.t akan menghalang hati daripada berputus asa kepada Allah dalam menghadapi dugaan hidup...kerana hati meyakini bahawa keberhasilan atau ketidakberhasilan usaha adalah dalam kekuasaan Allah..dan pergantungan kepada Allah pasti tidak akan si-sia kerana Allah lebih mengetahui akan segala sesuatu. .Jika berjaya, mungkin itu yang terbaik buatnyamenurut ilmu Allah, dan begitu jugalah sebaliknya. Hasilnya, lahirlah jiwa yang tenang dan redha dengan apa yang diputuskan Allah, tanpa dukacita dan tanpa kecewa.

Sama-samalah kita gantungkan hati dan pengharapan kepada Allah, dengan meyakini bahawa Allah Maha Mengetahui segalanya..Moga kita dapat jadikan keredhaan Allah sebagai matlamat, dan bukannya alat bagi mendapatkan apa yang dihajat..Moga keyakinan kita kepada Allah adalah benar..Pergantungan kita kepada Allah juga benar..dan moga kita dilindungi Allah dan diberikan petunjuk agar sentiasa berada di landasan yang benar. Amin ya Rabbal ‘Alamin..
0 comments

Sangkaan Allah...sangkaan kita...

Firman Allah dalam Surah al-Baqarah:
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada Ku. Hendaklah mereka memenuhi (perintah) Ku dan beriman kepada Ku, agar mereka memperoleh kebenaran."

Janji Allah pada hambaNya…pohonlah padaNya..pasti akan dikabulkan…Sebagaimana sangkaan kita padaNya…begitulah Dia akan membenarkan sangkaan kita padaNya…Allah berfirman dalam Hadith Qudsi:
“Aku bersama sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, Dan Aku akan selalu bersama hamba-Ku jika dia mengingati-Ku.Kalau dia mengingati-Ku didalam dirinya,Aku mengingatinya dalam diriku.Apabila dia mengingatiku di khalayak ramai, Aku mengingatinya di tengah khalayak yang lebih ramai lagi (para malaikat dan seluruh makhluk). Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya (lebih dekat lagi) sehasta.Apabila dia mendekati-Ku sehasta, Aku mendekatinya sedepa.Apabila dia mendekati-Ku dengan berjalan, Aku mendekatinya dengan setengah berlari” - Riwayat al-Bukhari.


Sangka kita..doa kita baik belaka…apa yang diminta itulah yang sebaiknya…Ada di antara doa yang Allah makbulkan sekelip mata…hingga terasa bagai di syurga…Ada juga yang terus dan terus berdoa..tidak putus pengharapannya…namun masih belum ada tanda pengabulan doanya..Ternyata rezeki manusia berbeza-beza…Allah menduga hanya mereka yang mampu menanggungnya..


Di sinilah letaknya peranannya ‘sangka-sangka’…yang dengannya mampu mengubah cara kita melihat dunia dan anugerah Yang Esa...Sangkaan kita..bila dipinta anugerah harta dan kesenangan..pasti dikurniakan Allah dengan emas dan wang berjuta…Dalam kejahilan menafsirkan nilai harta dan kesenangan..terlupa kita seketika…..harta dan kesenangan itu bukan hanya satu sifat dan bentuknya..Kesihatan, kebahagiaan, kasih sayang, dan ketenangan juga harta yang tidak ternilai harganya.. Ingin tahu nilainya kesihatan…tanyalah kepada yang menderita kesakitan…pasti tidak mampu diletakkan tanda harga untuk anugerah itu…Jika ingin tahu harganya kasih sayang…tanyalah pada yang terbiar sendirian..pasti tidak akan mampu juga mereka menafsirkan nilainya anugerah bahagia kurniaan Yang Esa…


Tidak kurang yang meminta anugerah cinta…Fitrah kita sebagai manusia..Ingin menyayangi,,dan ingin disayangi… Setiap Adam memerlukan isteri penyejuk mata..Hawa pula menamba suami penawar hati belahan jiwa..Itu fitrahnya..sebagaimana tertulis dalam takdir Adam dan Hawa….
Dalam doa manusia memohon..tidak sedikit Allah perkenankan....ada juga yang dibiarkanNya terus memohon dan memohon…Bukankah itu juga ujian keimanan?


Sangka kita cinta manusia penentu segala..dengan cinta akan ditemui bahagia..itu jua yang didambakan jiwa…Dalam keghairahan mencari cinta..terlupa kita seketika…cinta itu banyak bentuknya…Yang dipohon cuma cinta manusia yang pasti ada pasang surutnya..yang mungkin dianugerah cinta Yang Esa yang sudah pasti tidak ternilai harganya…Terlalu menyintai Dia pada sang hamba…hingga tidak diizinkan cinta itu dikongsi bersama manusia..Terlalu asyik percintaan sang hamba dengan Yang Esa..hingga cemburu Yang Kuasa jika ada manusia yang ingin mendampinginya...Alangkah indahnya...


Cinta ibubapa juga cinta…cinta itu juga tiada nilainya..Demi cinta si ibu sanggup bergadai nyawa...Wajarlah dikakinya kuncinya syurga..Melaluinya Allah kurniakan keredhaan..yang dengannya dijanjikan bahagia..jika tidak di dunia, pasti nanti akan ketemu jua janjinya Yang Esa..di alam yang pastinya tiada penghujungnya...Ternyata tiada manusia yang dibiarkan tanpa cinta…sama ada cinta manusia..atau cinta Yang Esa…Doa manusia terkabul pada hakikatnya...Cuma kita yang tidak mampu menanggapinya…


Dengan sangka kita kan bahagia…dengan sangka juga kita kan derita..Soalnya sangka yang mana pilihan kita..terserah kita menentukannya…tepuk dada..usah ditanya pada selera… tepuklah hati..pada iman kita bertanya…Moga di situ ada jawabnya...


Wallahua’lam..
0 comments

Sis Zabrina : A Pillar of Faith

From Small Beginnings, Come Great Things - American Proverb

That day I was admiring a beautiful house near my sister's place. The design of the house was breathtaking, subhan Allah. Although I don't have any inkling whatsoever about architectural design, I do love houses, buildings and structures that reflect great creativity and genius. I could not begin to imagine the sheer hard work the designers and architects must have put into the design.

Thomas Disch once said, 'Creativity is the ability to see relationships where none exist'.
And I totally agree with Mr. Thomas here. This house I am appreciating has a perfect combination of classic, ancient and gothic with a touch of modernity in it, subhan Allah.
I chuckled at the thought of my very best effort in designing a house: a square box with a roof and chimney and a few squared windows and one door, with a sun coming out from behind it! Got the picture? So, obviously, I truly appreciate talents of people who can design such a strikingly beautiful house.

But then I got curious. Despite its gorgeousness and majestic outlook, the house was empty. I mean, it looked as if it had been left empty for years. The garden is full of weeds growing as tall as a 9 year old, cobwebs were everywhere, the main gate was all rusty and most windows were broken too. It was then my dad told me that the house was empty for a reason. “What's the reason, dad?” I asked him “Well, it seemed that when the house was being built, the owner refused to follow the advice that it should not be three-storeys high as the ground it was built on was kind of soft. And if he still wanted to do so, he would have to build a stronger foundation for the house and use the right kind of piling as pillars. But he refused to listen and built the house his way anyway. And now, the house is not safe to live in.” “Wow, what a shame and a waste of money!” I couldn't believe my ears, shaking my head in disbelief. The owner must have lost hundreds of thousands of his hard earned money. Poor him…

As I reflected on that incident later in the day, it suddenly dawned upon me the words of our beloved Prophet Muhammad (peace be upon him) who once said, "Islam is built on five (pillars): the testimony that there is no god except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah; establishing prayer; paying zakah; fasting Ramadan; and Hajj to the House (the Ka`bah)." (Al-Bukhari)

SubhanAllah! Don't I see that my beautiful religion too, has pillars and foundations of its own which I should adhere and follow? The pillars that have been identified by my Prophet Muhammad (peace and blessings be upon him) about 1429 years ago, and they still hold true until today. And he (peace be upon him) had left us these pillars for one reason- the very soil also known as life that we all stand (live) on is, yes, you got it- soft! Soft as in unstable, risky, dangerous, uneven, unbalanced, uncertain, unsafe and could be hazardous to our lives.

And if we failed to build the right kind of pillars as the foundation to our home (a.k.a. life) here on this earth, we might just end up like that wasted house- all beautiful but of no use to anyone! Yikes! Na`udhbillaahi min dhalik! Surely, that is not something that we want to become, you agree? I, for one, truly do not want to be like that wasted house. Nope, I really don't. Really. Really. Really. In fact, I want to built a 'house' that I could live in happily and peacefully; where others could come visit without worrying if the roof is going to fall on them or the floor is going to suck them in. I want to build a place where people could call it a happy home and where others and I can find solace in, inshaAllah.

And as we all know, in just a few days, we shall be given a chance to strengthen the current foundation to our houses using one of the mentioned pillars- the pillar of fasting in the great month of Ramadan! He, the Almighty has special instruction for us during this month when He said in one of His Verses,

(The month of Ramadan in which was revealed the Quran, a guidance for mankind, and clear proofs of the guidance, and the Criterion (of right and wrong). And whosoever of you is present, let him fast the month, and whosoever of you is sick or on a journey, (let him fast the same) number of other days. Allah desires for you ease; He desires not hardship for you; and (He desires) that ye should complete the period, and that ye should magnify Allah for having guided you, and that peradventure ye may be thankful.) (Al-Baqarah 2: 185)

Yes, that is what we should be doing this month of Ramadan, you agree? Fasting. Thinking about this special month made me become excited suddenly. Why shouldn’t I, right? This is literally the only opportunity that I have to strengthen this one pillar as it only comes once a year and it only lasts for 30 days! 30 days? Yes, 30 days, my brothers and sisters. Only for 30 days.

We are given about 30-days to do whatever we should do to ensure that this one pillar becomes so strong that it would be able to withstand whatever hurricane, tsunami and turbulence that might come our way for the next 326 days (365 minus 30 days) until the next round of 'piling' comes- if we live that long, that is! Oppss… such is the reality of life, huh?

And you know something else? One of the best part of having Ramadan with us is this,

“When Ramadan comes, the gates of mercy are opened and the gates of Hell are shut, and the devils are put in chains.” (Al-Bukhari and Muslim)

Yup, all the gates of mercy are opened, my friends! Opened! Isn't that amazing? I began wondering, what is behind those gates of mercy. Do you wonder too, my brothers and sisters? One thing I believe is that it contains a gazillion times of a gazillion things called mercy that we cannot imagine having, right? Much like what the gates of banks would have what behind it. Yup, you got it. MONEY! And the gates of libraries would have books and the gates of schools would have children inside them, right? Subhan Allah…
So, I know that I must take plan my Ramadan well this year, inshaAllah as His Gate of Mercy is wide open for me, Ameen…

And coincidently, about a week back, I received something from a friend called 'Ramadan Planner'. It has a 30-day plan where we can insert / change / edit whatever information according to our fancy. And this Ramadan Planner is sure able to help us plan our recitation of His Book, our remembrance of His Names, our Charity to give away, our obligatory prayers time and supererogatory Prayers like the Tarawih Prayers and many other good deeds we plan to do during this Holy month of Ramadan- all charted in this wonderful planner.

Nevertheless, I will always remember what Will Rogers once said, Plans get you into things, but you got to work your way out. I surely do! And my dearest brothers and sisters- you know, you have to, too! So, let us all do it together then, you agree?

Let us start planning!

Ramadan Kareem to everyone!
0 comments

Sis Zabrina: The Story of A Rider and An Old Man- Motivational Story about Kindness and Compassion

That day, I was walking on the street and was about to cross the road. On the other side of the road, I saw a young man holding the hands of a physically-challenged man, getting him ready to cross the road too. Looking at both of them, I cannot help but smile.

SubhanAllah, I absolutely love watching the display of human kindness. It always made my heart feel all warm inside. The goodness shown by this person towards another being somehow has such great effect on me. It made me feel good. Really good.

Later in the evening, as I reflected on that incident, I realized something strange.

Even though I was watching in a distance the act of kindness of this man, and has no part in it, somehow, I felt very happy inside, as if the one receiving his kindness is me!

How strange is that, right, my brothers and sisters?

That thought kept me thinking.

If by just simply watching the act of kindness of others could make me feel happy and warm inside, imagine the happiness of the person who was actually receiving such kindness!

Come to think of it, was there like a 3-way effects from 1 act of kindness?

It somehow makes the you (the helper), he (the one being helped) and them (the ones watching the act of kindness displayed) feel so good inside!

It is sure a great way to spread joy and happiness in this world. Totally!

SubhanAllah... Amazing, you agree?

No wonder our beloved Prophet Muhammad (peace and blessings be upon him) stressed so much on the importance of being kind to others so much so that he (pbuh) once said,

"Allah is not kind to him who is not kind to people."

Hadith - Tirmidhi, Saheeh: Related by Aboo Daawood (no. 4177) and at-Tirmidhee (no. 1877). It was declared authentic by Imaam al-Albaanee in as-Saheehah (no. 417):

Nauzubillah.... Wow, how scary is that?

The thought of losing Allah's kindness scared the heck out of me! Yup, it does...

I remembered a quote by Charles H. Spurgeon who once said,

A good character is the best tombstone.

I think he was right. I reflected on the recent death of the King of Pop Michael Jackson, and one of the things that was highlighted about him during the memorial service was- yes, you guessed it- his kindness towards the unfortunate!

Let me share with you a story about a rider and an old man I once read.

It was a bitter, cold evening. The old man waited for a ride across the river. The wait seemed endless. His body became numb and stiff from the frigid north wind. He heard the faint, steady rhythm of approaching hooves galloping along the frozen path.

He watched as several horsemen approached and left without acknowledging his presence. Finally, the last rider neared the spot where the old man sat like a snow statue.

As this one drew near, the old man said, “Sir, would you mind giving an old man a ride to the other side? There doesn't appear to be a passageway by foot.” Reining his horse, the rider replied, “Sure. Hop aboard.”

Seeing the old man was unable to lift his half-frozen body from the ground, the horseman dismounted and helped the old man onto the horse. The horseman took the old man all the way to his home, which was just a few miles away.

As they neared the tiny cottage, the horseman inquired, “I noticed that you let several other riders pass by, then when I came, you immediately asked for a ride. I'm curious why, on such a bitter winter night; you would wait and ask the last rider. What if I had refused and left you there?”

The old man lowered himself from the horse, looked the rider straight in the eyes, and replied, “I've been around here for some time. I reckon I know people pretty good.”

He continued, “I looked into the eyes of the other riders and saw there was no concern for my situation. But when I looked into your eyes, kindness and compassion were evident. I knew that your gentle spirit would welcome the opportunity to give me assistance in my time of need.”

SubhanAllah, this story brings the quote 'Your eyes are the windows to your heart' a new meaning to me.

Needless to say, this story made me think hard that day. It is obvious that the kindness and gentleness a person has was reflected in his eyes.

I asked myself- what do my eyes reflects of when people look at me? Do they see kindness, gentleness, compassion and sympathy or resentment, hatred, bitterness and anger?

Astaghfirullah, I need to do a lot of reflection today. I truly do...

What about you, my friends? Have you ever wondered how does your eyes reflects what is in your heart? How does others see you thru your eyes? Are you the type of person people would come for help, or they hated even the thought of asking help from you?

I promised myself today that inshaAllah, I will strive to be like the rider whose eyes so gentle and kind that a stranger felt at ease asking him for help. And because of that, this rider will always get the help he needed from Allah the Al Mighty as His promise in His Book,

"Those who are kind and considerate to Allah's creatures, Allah bestows His kindness and affection on them. Show kindness to the creatures on the earth so that Allah may be kind to you." (The Noble Qur'an - Al-Fath 48:29)

Don't we want to receive His kindness and affection, my brother and sisters?

I know I do!

And by just being kind to His creatures, we are well on our way to surely and definitely receive our Lord's kindness and affection, you agree? Now, does that make you feel all happy inside? I sure do!
0 comments

From London With Love...

Di hari lahirmu…

Suatu waktu di hari lahirmu..
Dikau menangis meninggalkan kandung ibumu…
Manusia gembira memberi restu..
Tanda bahagia dengan kelahiranmu…

Saat berlalu… menginjak usiamu…
Sehari ke sehari…semakin dewasa dirimu…
Saat berlalu…hampir dekat dengan janji Tuhanmu buatmu
Di saat itu…moga kau akan ingat…wahai adikku..
Di saat ketawa…pasti nanti akan ada sedu dan syahdu…
Saat terpisah dirimu dan diriku…dan semua yang pernah menyayangimu…

Di hari lahirmu…
Ku tujukan sajak khas buat dirimu…
Tanda ingatan diriku buatmu…
Moga hari lahirmu…mengingatkanmu pada Penciptamu…
Yang tertulis di kitabNya saatnya pasti akan bertemu…
Moga cukup bekal dirimu dan diriku…
Buat perjalanan yang untung dan rugi masih belum tentu…

Di hari ini adikku…
Moga kau syukuri nikmat umur kurniaan Tuhan buatmu…
Moga tahun yang mendatang lebih baik dari tahun yang berlalu…
Dan moga dikau menjadi insan yang jauh lebih baik dari dahulu…

Sajak ini untukmu adikku…
Tanda ingatan ikhlas dariku kakakmu…
Moga kekal kasih sayang dikau dan aku…
Kerana Allah…Tuhan kita yang satu..


From London With Love...
 
;